Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 Oktober 2010

Definisi dan Jenis Tanah di Indonesia

Jenis Tanah di Indonesia



a. Pengertian Tanah
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang bervariasi. Sifat tanah yang berbeda-beda pada berbagai tempat mencerminkan pengaruh dari berbagai faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian, karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya tanaman. Produktivitas tanaman pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah yang bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah mampu berperan sebagai:
  • Tempat berdirinya tanaman
    Tempat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
  • Tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh tanaman
  • Tempat menyediakan udara bagi pernafasan akar tanaman
b. Bahan Penyusun Tanah
Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati dan statis, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis dan hidup yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan, sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Di dalam tanah selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses destruktif adalah penguraian bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan proses konstruktif adalah proses penyusunan kembali hasil penguraian bahan mineral dan bahan organik menjadi senyawa baru.
Adanya keempat komponen tanah tersebut, serta adanya dinamika di dalamnya, menyebabkan tanah mampu berperan sebagai media tumbuhnya tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan manusia.
c. Persebaran Jenis Tanah dan Pemanfaatannya
Ternyata kalau diamati jenis-jenis tanah di Indonesia itu memiliki karakteristik tersendiri, (Enoh. 1994) sesuai dengan bahan induknya. Karakteristik dari jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia serta penyebaranya dapat diperhatikan pada gambar nomor 1.35
1. Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanmana hutan. Penyebarannya di : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.
2. Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
3. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.
4. Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini cukup subur. Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan. Tanah ini cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu. Penyebarannya di sekitar lereng gunung-gunung berapi.
5. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam; grumusol pada batu kapur, grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan cukup. dimanfaatkan untuk pertanian padi, dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
6. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Penyebarannya di Sumatera sepanjang pantai Utara, Kalimantan dan Irian Barat/Papua.

1. Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)

Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit
(lapisan partikel halus).

2. Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)

Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo =i gumpal
tanah.
Tanah: adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi,
yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.

3. Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)

Kata Edaphos = bahan tanah subur.
Tanah adalah media tumbuh tanaman

Perbedaan Pedologis dan Edaphologis

1. Kajian Pedologis:

Mengkaji tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau
berdasarkan Pengetahuan Alam Murni.
Kajian ini meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah,
Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu
Ukur Tanah.

2. Kajian Edaphologis:

Mengkaji tanah berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi,
Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.

segala sumber

Selasa, 19 Oktober 2010

Model Pembelajaran


 

Silahkan, Pilih Tiga Model Pembelajaran Ini ! 




Dalam bukunya "Classroom Instruction and Management" yang diterbitkan Mc.Graw-HiH Book Co pada 1997 silam, Richard L Arends mengatakan, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu curriculum, teaching, learning and assesment. Namun, khusus untuk faktor kedua, yaitu teaching, keberhasilannya sangat bergantung pada model pembelajaran yang diterapkan oleh sang guru. Karena saat ini, seorang guru yang baik tidak cukup mengajar hanya mengandalkan strategi-strategi pembelajaran, tetapi juga harus menguasai model yang baik agar memiliki arah yang lebih jelas dalam penyampaian materi ajarnya.
Sebenarnya, banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh seorang guru untuk semua tingkatan. Namun, mengutip ucapan Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) Mara Guna Harahap, model pembelajaran yang baik tersebut harus yang telah teruji melalui penelitian para ahli. Dewasa ini, lanjut Mara, ada tiga model pembelajaran yang merupakan hasil penelitian para ahli di bidang pembelajaran. Ketiga model tersebut berisi pembahasan pembelajaran secara mendalam dan baik, yang tidak tercantum dalam mata kuliah apa pun. Ketiga model itu adalah direct instruction (DI), cooperative learning (CL), serta problem based instruction (PBI).
Model DI 
Model ini merupakan model pembelajaran secara skematik, yang bertujuan membantu peserta didik mempelajari pengetahuan dan keterampilan dasar, serta mendapatkan informasi tahap demi tahap. Ketrampilan dasar itu bisa berupa aspek kognitif maupun psikomotorik, serta berbagai informasi lain yang bisa dijadikan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih luas. Model DI terdiri dari lima fase, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, termasuk pencapaian kompetensi, mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik kepada siswa, serta kesempatan untuk pelatihan lanjutan. Alhasil, contohnya, sebelum bisa mendapatkan dan mengolah sejumlah besar informasi yang akan diterimanya, siswa harus menguasai terlebih dahulu strategi belajarnya, seperti membuat catatan dan merangkum materi bacaan. Sebelum bisa berfikir secara kritis, mereka pun harus lebih dulu menguasai ketrampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat referensi dari data, serta mengenal ketidakobyektifan dalam presentasi.
Model CL 
Mengambil model ini, struktur tugas belajar sangat memerlukan kerja sama para peserta didik dalam satuan atau kelompok-kelompok kecil. Hal ini untuk mencapai kompetensi berupa hasil belajar akademik, penerimaan keanekaragaman, serta keterampilan sosial mereka. Model pembelajaran ini memiliki enam fase, yakni penyampaian tujuan maupun kompetensi dan motivasi, penyajian informasi, pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, serta memberikan penghargaan untuk dijadikan motivasi bagi para siswa.
Model PBI 
PBI terbilang sangat menarik, karena model pembelajaran ini berorientasi pada masalah. Output yang diharapkan dari pencapaian kompetensi model ini berupa keterampilan siswa dalam memecahkan berbagai masalah. Syaratnya, model ini sangat memerlukan keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, serta atmosfir kebebasan intelektual. 


Sumber : Kompas